Feb 3, 2007

menghitung jumlah pengamen

Jumat sehabis sholat jumat di PDAM Bandung seperti biasanya rombongan mampir ke Gelap Nyawang untuk makan siang. Setelah mendapat tempat duduk, saya , @le dong, ajat dan beberapa junior memesan makanan. Pesanan akan datang beberapa menit kemudian, kami ngobrol-ngobrol sebentar lalu datanglah pria dengan menenteng gitar butut dan seenaknya menyanyi lagu (maap) pasaran dan saya pun mungkin kalau disuruh menyanyikan lagu itu akan lebih bagus ketimbang sang pengamen tersebut. Saya cuek terhadap sang pengamen. Kebetulan, yang lainnya pun cuek , selang beberapa lama pesanan makanan datang dan pengamen pun sadar diri untuk kemudian pindah ke meja yang lain, kami pun makan dengan lahapnya.

Beberapa menit kemudian datang 2 anak kecil dengan muka memelas menadahkan tangannya kea rah saya dan teman-teman. “a,..kasian a’” ….”gila nih anak, gw aja sekecil itu belum bisa minta-minta eh, dia sudah jago minta-minta ke orang lain” pikir gw. Sekali lagi, anak kecil itu saya acuhkan , saya melanjutkan makan.

Selesai makan, saya buru-buru membayar , takut kalau datang lagi pengamen-pengamen minimalis (baca: dengan skill rendahan) ke meja makan saya. Benar dugaan saya, datang bapak-bapak dengan menenteng gitar (butut) juga. Tanpa basa-basi saya langsung beranjak dari meja dan segera membayar makanan yang tadi dipesan kemudian langsung cabut bersama teman-teman.

Aneh? Yep. Menurut saya itu adalah keanehan. Orang-orang seperti itulah yang meningkatkan angka pengangguran terselubung di Kota Bandung, bahkan sekian persennya mampu menambah jumlah persentase untuk tingkat Nasional. Ada baiknya para pengamen terlebih dahulu mempelajari bagaimana teknik menyanyi dengan baik dan benar dan tentu saja enak didengar (tanpa harus merogoh kocek untuk les music di tempat bonafid lah), cukup perhatikan sesama pengamen lainnya. Kalau mau di contoh, contohlah pengamen didikan RMHR (walaupun saya sudah merasa bosan dengan lagu yang mereka mainkan, lagunya grup biola “BOND”, itu –itu saja), atau lihat pengamen di rumah makan CCF (Chinese Cirebon Food) di Jalan Tubagus Ismail, misalnya yang suaranya enak didengar dan kita pun “ikhlas” memberikan bayaran kepada dia.

Kembali ke permasalahan awal, kalau pengamen-pengamen jalanan yang beroperasi di Gelap Nyawang itu ga bisa berbuat seperti yang saya contoh kan itu, mending banting stir aja deh, ke lapangan pekerjaan yang lain. Fisik masih oke, apa salahnya untuk mencoba lahan pekerjaan yang lain? Asalkan halal, itu sah sah saja. Bagi pengamen yang masih kecil, saya tahu kalian di peralat oleh orangtua kalian yang menyuruh meminta-minta kepada orang lain, makanya lebih baik tidak menuruti suruhan orang tua kalau disuruh hal yang tidak baik, lebih baik belajar, ingat sekolah itu investasi masa depan ! Hingga saat ini saya berpendirian untuk TIDAK MEMBERI SEPESER PUN UANG SAYA UNTUK PENGAMEN JALANAN,….that’s it.

No comments:

All of a Sudden I Miss Everyone (Explosions In The Sky)