Dec 14, 2009

Best 2009

Tahun 2009 segera berakhir , sekarang saatnya saya melakukan review audio yang selama setahun ini sering saya perdengarkan. Untuk kategori best albums, saya sepenuhnya memilih album Animal Collective sebagai yang terbaik (begitu juga dengan EP Fall Be Kind nya yang rilis belakangan), genre postrock saya memilih album Hymn To The Immortal Wind dari Mono sebagai yang terbaik serta EP dari THE SIGIT menjadi album Indonesia terbaik tahun 2009 ini. Berikut adalah list lengkap the best album versi saya, (dan mungkin) juga versi kalian.


Best albums

1.Animal Collective - Merriweather Post Pavilion

2. Phoenix - Wolfgang Amadeus Phoenix

3. Passion Pit – Manners

4. Yeah Yeah Yeahs - It’s Blitz

5. The Whitest Boy Alive – Rules

6. Camera Obscura - My Maudlin Career

7. The Decemberists - The Hazards Of Love

8. múm - Sing Along to Songs You Don’t Know

9. The Big Pink - A Brief History of Love

10. Wolfmother - Cosmic Egg

11. Dirty Projectors - Bitte Orca

12. Grizzly Bear - Veckatimest

13. Lacrosse - Bandages For The Hear

14. The XX - The XX

15. Florence And The Machine - Lungs

16. The Drums - Summertime EP

17. Loney, Dear - Dear John

18. Gustaf Spetz - Good Night Mr Spetz

19. Orba Squara - The Trouble With Flying

20. The Horrors - Primary Colours

Best Postrock Album

1. Mono - Hymn To The Immortal Wind

2. If These Trees Could Talk - Above The Earth, Below The Sky

3. And So I Watch You From Afar - And So I Watch You From Afar

4. The Autumn Project - This We Take With Us

5. The Mercury Program - Chez Viking

6. Toe - For Long Tomorrow

7. Signal Hill - More After We're Gone

8. Gifts From Enola - From Fathoms

9. Up-C Down-C Left-C Right-C ABC + Start – Firewolf

10. World's End Girlfriend - Air Doll OST

11. French Teen Idol - El Siete Es La Luz

12. Russian Circles – Geneva

13. Caspian - Tertia

14. Saxon Shore - It Doesn't Matter

15. Suplex The Kid - Suplex The Kid

16. Codes In The Clouds - Paper Canyon

17. Mt. - Teach Your Children How to Think, Not What to Think EP

18. Collapse Under The Empire - Find A Place To Be Safe

19. Goonies Never Say Die - In A Forest Without Trees

20. Tides From Nebula - Aura

Best Indonesian Album

1. The Sigit - Hertz Dyslexia EP

2. Tika and The Dissidents - The Headless Songstress

3. OST Pintu Terlarang

4. The Trees & The Wild - Rasuk

5.BITE - Mini Album (EP)

6. Clover - Until Whenever

7. Ansaphone - Morning Lights Recover [EP]

8. Elemental Gaze - Let Me Erase You

9. Monkey To Millionaire - Lantai Merah

10. Dzeek - Dzeek



mon/14/12/09

Dec 7, 2009

hufff....

sudah lama tidak mem blog ...

May 27, 2009

silent


IT'S A LONGTIME .......

Apr 12, 2009

Efek Rumah Kaca @ Ganesha Music Event , Lapangan Basket ITB, 11 April 2009

Tadi malam menyaksikan ERK menjadi bintang tamu dalam acara yang diselenggarakan oleh unit apres ITB , menampilkan band-band jebolan akademi apres ITB dan ERK tampil sebagai penutup acara. Membawakan sekitar 10 lagu (saya lupa mencatat repertoir nya ) plus 2 encore ("Insomnia", "Jalang").

Menurut saya, penampilan terbaik ERK adalah ketika mereka membawakan encore. Keseluruhan acara cukup baik, tapi ada yang sedikit mengganggu yaitu masalah sound yang sejak awal kurang bersahabat dengan kuping saya. Berikut sedikit foto yang dibidik oleh teman saya, bimbim.










Bandung, 12-Apr-09

Apr 1, 2009

KunoKini, Efek Rumah Kaca dan SORE di Publik Untuk Ruang Publik : Konser Musik @ Komunitas Salihara – Jakarta, 29 Mar’ 09


Menyaksikan konser musik yang diadakan oleh Komunitas Salihara beberapa waktu yang lalu, seperti menyaksikan dua macam petunjukan dalam satu paket. Acara musik yang diadakan oleh komunitas pecinta film ini menyajikan KunoKini, ERK, dan Sore sebagai penampil malam itu juga mengenalkan sejarah perbioskopan di tanah air lengkap dengan pemutaran film-film yang sempat berjaya bertahun-tahun yang lalu, pengalaman pertama saya menyaksikan film-film lawas Indonesia yang dibikin jauh sebelum saya lahir.

Oke, saya tidak mau berpanjang lebar mengenai sejarah perfilman tanah air , kurang ngerti. Mari saya bercerita saja tentang penampilan tiga band malam itu, yang menurut saya sangat luar biasa. Panggung pertunjukan yang merupakan panggung bioskop a la kadarnya yang berkapasitas tidak kurang ratusan kursi penonton pada malam itu terisi penuh. Setting panggung yang merupakan panggung bioskop menyebabkan ketidakleluasaan antara penonton dengan band yang tampil. Nampak ada jarak. Dimana penonton duduk manis di masing-masing kursi, sedangkan band bermain di panggung, seperti menonton wayang orang. Tapi tak apalah setidaknya semua orang bisa melihat tanpa terhalang oleh yang lainnya.

Pukul 7 malam, acara dibuka dengan penampilan KunoKini –yang saya sama sekali tidak tahu genre musik mereka sebelumnya-, ternyata band perkusi ini tampil sangat menawan, bagaimana suara-suara yang sebelumnya tidak disangka bisa dihasilkan dari alat musik macam tabla, kolintang, gendang, suling, dan alat tabuh tradisional lainnya menghasilkan suara yang cukup nyaman didengar . Set lagu yang dibawakan dari yang bernuansa alam, folk daerah, folk luar, patriotisme hingga nasionalisme semua dieksplor oleh grup yang terdiri atas 4 orang ini. Puncaknya adalah ketika KunoKini membawakan “Rasa Sayange” versi mereka, yang luar biasa menohok sekali ! Seandainya saja malam itu ada orang Malaysia yang ikut menonton, heheee….

Berikutnya adalah Efek Rumah Kaca (ERK) yang bermain. Satu kata dari saya : MENGERIKAN!. Hahaha… tidak berlebihan memang jika melihat permainan Cholil cs. yang sama sekali tanpa jeda disertai dengan pemutaran film G 30S/PKI sebagai film latar sepanjang penampilan mereka. Berikut adalah lagu-lagu yang mereka bawakan secara berturut turut, Jalang-Mosi Tidak Percaya-Jangan Bakar Buku-Banyak Asap Disana-Menjadi Indonesia-Di Udara-Tubuhmu Membiru…Tragis. ERK bermain sangat beringas, setiap lagu nyaris tanpa jeda dan efek gitar Cholil sangat bising disetiap lagu dan permainan tata lampu yang sangat ciamik ! Bayangkan video klip Foo Fighters “All My Life”, nyaris seperti itulah kondisi panggung ERK.

Setelah ERK, kemudian adalah SORE yang bertugas mengakhiri konser musik malam itu. As always, SORE yang malam itu minus Echa (belakangan dia muncul pada 1 lagu terakhir) dan plus Dono, kibordis baru. Celotehan Awan Mc Cartney seakan mencairkan suasana dari ketegangan yang sebelumnya disuguhkan oleh ERK. Malam itu SORE membuka pertunjukan dengan Bogor Biru (hal yang sama ketika SORE bermain di Opulence Bandung tahun lalu), kemudian bercanda dengan penonton, Senyum dari Selatan, bercanda lagi, Vrijeman, bercanda lagi, In 1997 The Bullet Was Shy, berseloroh, Ambang, Ada Musik di Dalam, Pergi Tanpa Pesan, Lullaby Blues dan 1 lagu berbahasa Prancis yang dinyanyikan bersama Tilly “The Chekinks”, Ernestito, dan Funk The Hole sebagai lagu penutup. Tidak seperti erk yang sebelumnya bermain, hampir setiap 1 lagu , mereka bersenda gurau dengan penonton. Oh iya, sepanjang penampilan SORE, pemutaran potongan-potongan film romantis jaman dulu , dan film –film yang di soundtrack-i SORE (Kala, Berbagi Suami, Pintu Terlarang). Satu kata untuk SORE : ELEGAN ! , ya mereka bermain dengan elegan sekali, sempurna bisa dibilang begitu. Acara pun disudahi sekitar pukul 22.00 lewat.


Ah , malam yang fantastis!

bandung,01 April 09

Mar 26, 2009

Seringai - Mengibarkan Perang (Single)


diambil dari DRS,

Ya, sebuah lagu baru dari Seringai! Ini bukan single album terbaru Seringai, hanya sebuah lagu yang diikutkan ke dalam kompilasi Yamaha yang tidak dijual, hanya bisa didapatkan kalau membeli sebuah motor Yamaha. Tapi tentu saja, tidak menjadikan sebuah halangan bagi kalian serigala-serigala, kalian bisa men-download-nya disini! Lagu ini rencananya merupakan lagu non-album untuk album berikut Seringai [tentu saja, rencana bisa berubah x)], dimana Seringai sudah memiliki 7 lagu baru yang sudah diaransemen final, dan 7 lagu lagi yang masih direvisi. Great songs so far!

Dan, ini liriknya:

Mengibarkan Perang

Kerja keras, banting tulang: hanya bertahan hidup.
Curah keringat, simbah darah: apa semua cukup?
Anggap semua permainan, dan mengambil keuntungan.
Mereka takkan peduli dan kita terabaikan.

Mereka selalu sulitkan hidupmu.
Dan kita kan selalu, mencoba bertahan, mencoba melawan.

Siapa mendapat untung, siapa tertinggal di belakang?
Siapa yang tertawa, dan siapa yang membusuk dan meregang?
Semua peraturan ini, menguntungkan - mereka.
Mungkin saatnya kita, memberikan neraka.

Mereka selalu sulitkan hidupmu.
Dan kita kan selalu, mencoba bertahan, mencoba melawan.
Mereka selalu sulitkan hidupmu.
Dan kita kan selalu, mencoba bertahan, mencoba melawan.

Semoga kalian dapat dengan mudah menikmati ”Mengibarkan Perang”!
Keep rocking in the free world, and please spread/forward this news!
Hailz! \m/

Try

* Arian 13 makin mirip siapa yaaaa ,,,,,, hehehe :P

Mar 22, 2009

AS Roma vs Juventus 1-4

Wuihhh..... JUVE kembali membukukan 4 gol , tidak tanggung tanggung sang lawan adalah klub ibukota, AS Roma .... hehehe.... Forza JUVE !

Juve 4 (Iaquinta (2), Mellberg, Nedved)

Video

Mar 15, 2009

Juventus vs Bologna 4-1

Yeahhhhh !!! menang besar juga akhirnya !
Juve (Salihamidzic,Gio,Del Piero (2))

The Decemberists - The Hazards of Love (Capitol Records, 2009)

Myspace
Buy

Tracklist
1. Prelude
2. The Hazards of Love 1 (The Prettiest Whistles Won't Wrestle the Thistles Undone)
3. A Bower Scene
4. Won't Want for Love (Margaret in the Taiga)
5. The Hazards of Love 2 (Wager All)
6. The Queen's Approach
7. Isn't it a Lovely Night?
8. The Wanting Comes in Waves / Repaid
9. An Interlude
10. The Rake's Song
11. The Abduction of Margaret
12. The Queen's Rebuke / The Crossing
13. Annan Water
14. Margaret in Captivity
15. The Hazards of Love 3 (Revenge!)
16. The Wanting Comes in Waves (Reprise)
17. The Hazards of Love 4 (The Drowned)


The Hazards of Love adalah ceritera terbaru dari Meloy dkk, yang merilis album kelima (kedua terhitung dari rilisan pertama mereka dengan major label, Capitol). Sukses dengan ceritera Crane Wife pada tahun 2005, The Decemberists kembali menuturkan cerita yang dikemas dalam sebuah album. Band indie rock/folk/baroque pop yang dikenal sebagai sebuah band cerita (storytelling band) ini membuat track demi track dalam album mereka sebagaimana layaknya adegan-adegan drama.

Well, kali ini Meloy yang merupakan “otak” dari band mengangkat cerita tentang percintaan Margaret (diperankan oleh vokalis tamu, dari band Lavender Diamonds) dengan sang kekasih, William (diperankan oleh Meloy sendiri) seorang tukang kayu. Percintaan mereka dihalangi oleh seorang ratu (diperankan oleh vokalis tamu band My Brightest Diamonds) terjadilah konflik segitiga diantara mereka. Kesemuanya dapat diikuti ceritanya lagu demi lagu dalam album. Utuh.

Keseluruhan track berjumlah 17 buah dengan pembagian prelude – cerita – interlude – ending cerita. Membingungkan jika membayangkan , namun tidak demikian jika sudah mengamati judul-judul track sekaligus mendengarkan lagunya. Album dibuka dengan prelude sepanjang 3 menit yang berisikan bunyi-bunyian string bass di awal dan organ, dilanjutkan dengan The Hazards of Love 1 (The Prettiest Whistles Won't Wrestle the Thistles Undone),khas The Decemberists, diwarnai akustik gitar dan rintihan vokal Colin Meloy menjadi intro pembuka yang pas . Meloy mulai menaikkan tempo pada A Bower Scene yang cukup heavy kemudia masuk pada Won't Want for Love (Margaret in the Taiga) dimana vokalis Lavender Diamonds mengambil alih divisi vokal Colin Meloy, yang menggambarkan kondisi Margaret yang mencari sang kekasih, melankolis. Pada The Hazards of Love 2 (Wager All),Meloy kembali bernyanyi mellow, berikutnya adalah intro pendek The Queen's Approach dilanjutkan Isn't It a Lovely Night?, sebuah track duet yang cantikkkk !!!! Pada The Wanting Comes in Waves / Repaid, sebuah erangan gitar dan vokal yang berulang ulang “This is how I am repaid…”, track yg cukup ear catchy. The Decemberists bereksperimen dengan semacam banjo pada intro The Rake's Song, sebuah lagu enerjik dan kaya beat. Pada The Abduction of Margaret, dengan menggunakan komposisi melodi yang sedikit di modifikasi dari track-track sebelumnya, mendengar track ini selanjutnya seperti mendengar pengulangan. The Queen's Rebuke / The Crossing , vokalis My Brightest Diamond menyumbangkan suara yang berat dan terdengar dingin diiringi rhytm gitar yang mengingatkan saya era kejayaan musik hair rock 80-an. Annan Water kembali merupakan track “sejuk” setelah distorsi pada track sebelumnya, penambahan unsur biola pada Margaret in Captivity menciptakan atmosfir kelam. The Hazards of Love 3 (Revenge!) memiliki intro yang sungguh cerita dengan penambahan choir child yang sing a long sepanjang track. Kemudian The Decemberists kembali bersemangat pada The Wanting Comes in Waves (Reprise) dengan perpaduan banyak instrument (string, biola, banjo) bersahut-sahutan. Pada akhirnya album ini ditutup dengan The Hazards of Love 4 (The Drowned), sebuah track relaksasi, seperti track awal, musik yang disampaikan cukup simple, akustik gitar + lengkingan suara Meloy + beat drum yang cukup teratur, sungguh mellow untuk mengakhiri babak ceritera Hazards of Love yang berdurasi nyaris 1 jam.

Overall, The Hazards of Love adalah pengulangan The Decemberists dalam hal konsep, tidak demikian dengan improvisasi dan penggunaan instrumen. Vokal Colin Meloy sangat berkarakter dan menjadi kekuatan dalam setiap lagunya. Disamping jumlah track yang terhitung cukup banyak dibanding Crane Wife yang berjumlah 10 track. Akan membosankan nampaknya bagi pendengar yang baru mencoba mendengarkan The Decemberists. Apapun itu, saya merekomendasikan album ini sebagai sebuah mahakarya tahun 2009 ini. Dan The Decemberists adalah penceritera ulung.

Dengar The Decemberists jika Anda menyukai : Death Cab for Cutie, dan beberapa variannya.


Sun, 15Mar09

Mar 13, 2009

Camera Obscura - My Maudlin Career (2009)

Rilisan terbaru Camera Obscura setelah sukses dengan album "Let's Get Out Of This Country" yang kental nuansa vintage/retro pop (track Tears For Affairs sungguh menggoda). Tak jauh berbeda dengan album terdahulunya CO kembali menyajikan sound indie/twee pop yang menawan dan menggoda di album nya yang ke 4 ini. Camera Obscura terdiri atas Tracyanne Campbell, Gavin Dunbar,Carey Lander, Kenny McKeeve, Lee Thomson, dan Nigel Baillie kesemuanya berasal dari Glasgow, Scotland.

Album terdiri dari 11 track dengan keseluruhan track menawan dengan suara vokal cantik nan menggoda. Dibuka dengan “French Navy” yang menghentak a la CO. Disambung dengan “The Sweetest Thing” yang memiliki intro khas musik twee pop, simple tetapi enak didengar. Pada track “You Told A Lie”, CO menurunkan tempo sedikit agak pelan dan music yang sentimental sesuai dengan tema lagu yang patah hati (maybe,^_^) serupa dengan track berikutnya “Away With Murder” nuansa musik chamber pop diiringi dengan synth, syahdu. Camera Obscura kembali bersemangat pada “Swans” (ooohhhh….. intro nya saya suka sekali ! damn!), track paling catchy dan sangat ear friendly di album ini. Track selanjutnya “James” dan “Careless Love” kembali dengan nuansa gloomy-twee pop. Pun dengan track “Moudlin Career” yang banyak mengeksplor bebunyian synth sebagai pengiring vokal. Album ini ditutup dengan track “Honey In The Sun” yang kembali enerjik dan mereka pun mengucapkan selamat tinggal dengan musik ceria a la Scandinavia.

Tracklist

1. French Navy
2. The Sweetest Thing
3. You Told A Lie
4. Away With Murder
5. Swans
6. James
7. Careless Love
8. My Maudlin Career
9. Forests And Sands
10. Other Towns And Cities
11. Honey In The Sun

buy
myspace

Silakan simak jika menyukai : Club 8, Pelle Carslberg, Edson, Belle and Sebastian, The Smiths, Mocca, White Shoes and The Couples Company

Fri, 13/03/09

Mar 12, 2009

nyaris sama ....

Barusan mengunduh album terbaru Metric (Fantasies, 2009), dan begitu melihat artwork albumnya saya jadi teringat artwork album The Fray (How To Save a Life, 2005). Dan juga mirip dengan artwork albumnya Kings Of Leon (Because of A Time).....


Coba bandingkan dengan yang ini , secara tema nyaris sama ......


Hanya kebetulan saja nampaknya , ah sudahlah kenapa mesti diperdebatkan toh mereka bukan musisi dari Indonesia ,.....

Bandung,12 Mar 09

OST - Pintu Terlarang (2009)


Soundtrack ini sebagus filmnya , di gawangi oleh Zeke Khaseli (ZATPP) , Mondo (Sore), Aghi Narottama dan Bemby Gusti untuk bagian score nya. Overall, kekaguman akan soundtrack ini baru pertama kali saya rasakan untuk ukuran film Indonesia. Penggarapan sebuah soundtrack tidak hanya dipandang sebagai pelengkap film saja tetapi ini lebih dari sekadar pelengkap. Rasanya belum ada yang soundtrack yang memiliki musikalitas yang menarik seperti soundtrack Pintu Terlarang. Mungkin saya kalian anggap berlebihan, tetapi tidak apa

Soundtrack Pintu Terlarang terdiri dari 18 track yang dibagi menjadi 2 bagian , setengah performa band setengahnya lagi adalah score, diisi oleh Sore (Mondo "sore" spesialis penggarap scoring film), Zeke Khaseli dari Zeke and The Popo, Tika, Notturno, dan Mantra (ini adalah band all star yang berisi Zeke (ZATPP), Anda (Bunga), dan Emil (Naif).

Tracklist :
1. Why - Mantra
2. Nancy Bird - SORE
3. Please Operator Please - Mantra
4. Home Safe - Tika and The Dissidents
5. Baby baby - Mantra
6. Jiro - Notturno
7. Blessed The Tainted Heart - Mantra
8. Lullaby Blues - Sore featuring Tilly "The Chekinks"
9. Merry Mist - Alfred Ayal

Instrumen/Scoring
10. Opening Tune
11. The Color Purple
12. Innocent Blood
13. Dirty Work
14. Naked Truth
15. Blood Opus
16. Chasing The Kid
17. The Eye
18. Pig-Headed Hero

Ahhh..... mendengar setengah track album soundtrack ini seperti tidak sedang mendengarkan sebuah album soundtrack, musikalitas tingkat tinggi. Jika filmnya saya beri ponten 8/10, untuk OST ini saya beri 9/10. GREATTT !!!

Try It

Kamis, 12 Mar' 09

Mar 3, 2009

Drunken Mama : Catutan Harian Pidi Baiq

Mungkin ada saling tegur, tapi mudah-mudahan tidak dengan benci. Mungkin ada saling mengingatkan, tapi mudah-mudahan tidak lagi dengan batu. Mungkin ada marah, tapi mudah-mudahan tidak dengan maki. Tidak dengan kalimat maki-maki seraya menyebutkan nama Tuhan yang Mahakasih Sayang itu, tetapi malah untuk justru membuat kehancuran. Seolah-olah, mereka itu lupa pada apa yang sudah dibacanya ,bahwa nama Tuhan yang mereka teriakan itu adalah Tuhan yang justru Dia berfirman, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Jangan.

“Iya.”

(Rumah Kawan)

Pak Haji Pidi Baiq melengkapi trilogi drunken nya dengan menerbitkan panduan menjadi orang gila tapi waras ini. Drunken Mama judulnya. Seakan dengan terbitnya buku ketiga ini semakin mengukuhkan Pak Haji sebagai orang gila paling fenomenal se Bandung Raya , hhahahaa. Buku yang kembali mengacaukan tatanan perbahasaan Indonesia dengan baik dan benar sebagaimana Prof.J.S Badudu yang mengajak Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Dan anehnya , bukunya masih terus terbit dan tidak di boikot oleh pemerhati Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar.

Buku yang (katanya) berisi catatan-catatan Pak Haji bersama si Istri dan 2 anaknya serta asisten-asistennya ini terdiri atas 17 potongan-potongan cerita. Cerita lucu menurut orang kebanyakan, termasuk saya. Cuma disetiap cerita entah kenapa saya selalu menemukan pesan moral yang isinya serius bukan candaan semata. Lihat saja tulisan dibagian akhir cerita Rumah Kawan di atas, sungguh menyentuh. Sudahlah mari sejenak lupakan keseriusan Pak Haji . Satu hal yang membuat terpingkal pingkal dalam buku seri DRUNKEN ini adalah penggunaan bahasa yang amburadul tapi masih bisa menangkap maksud dari kalimat-kalimat amburadul itu. Simak saja beberapa bahasa yang amburadul dipakai oleh Pak Haji :

“….Saya bergerak turun dari angkot. Itu selagi angkot berhenti karena disuruh oleh lampu merah” (1996)

Sebuah penceritaan dengan menggunakan personifikasi yang unik sehingga membuat pembaca lekas membayangkan dan terbahak bahak akan penggunaan bahasa seperti itu. Atau ketika Pak Haji ditanya oleh anaknya, Timur, perihal penemu kalender , Pak Haji secara meyakinkan menjawab “Michael Kalender!” Hahahahhaa…… Pak Haji juga pandai mengutak atik susunan kata ,

“…………..Sedangkan Bebe ada duduk juga bersama kami, tapi dia enak, enggak pernah mau ambil pusing dengan obrolan-obrolan macam ini. Mungkin karena dia tahu bahwa pusing itu tidak enak, maka itu dia pilih untuk tidak ambil. Jadinya, ya duduk aja begitu.”

Pengalaman-pengalaman Pak Haji yang unik-unik mampu membuat orang normal seperti saya ini terbahak-bahak. Ketika Pak Haji pulang dari Jakarta dia menelepon semua teman-temannya satu persatu , teman-temannya ini tidak saling kenal. Pak Haji menyuruh mereka berkumpul di satu tempat. Bisa dibayangkan , ketika Pak Haji datang ke tempat itu semua orang sudah berkumpul layaknya sedang menunggu kedatangan seorang pembesar. Hahahaha…. Pak Haji emang kocak !

Secara keseluruhan buku ini sama seperti pendahulunya , sarat dengan ide-ide unik dan lucu serta memberikan pengajaran dibalik cerita-ceritanya itu. Wahai Pak Haji Pidi Baiq, sesungguhnya buku mu ini lebih banyak pesan moralnya dibanding materi lawaknya , jadi saya anggap Bapak Haji bukan pelawak tapi seorang motivator. Saya selalu menunggu kehadiran buku-buku baru Bapak, juga kumpulan Aphorisma nya yang dengar dengar akan diterbitkan.

Dan duhai Pak Haji , Kapan kita ketemu ? hehehehe…….

Bandung, 3 Maret 2009

ini review saya tentang :

drunken monster

drunken molen

Benny & Mice : Kompas, 1 Maret 2009

thanks to ariefkomo @kaskus

Feb 18, 2009

Feb 16, 2009

Komik Beni dan Mice : Kompas 15 Feb '09

bm kembali sensitif terhadap isu gaya hidup perkotaan , kali ini mereka menyindir tren penggunaan blackberry. Walaupun gaya penceritaannya terkesan pengulangan dari komik All About Hape nya terdahulu, tetapi dengan isu kekinian yg mereka soroti, masih tetap lucu. Hahahaa.....

spidercraft !

spider pose di depan pot bunga

spider bersama teman-teman



Wanna try ? come here

Feb 8, 2009

Leak leak leakkkkk................

Album Mono , yang paling ditunggu tunggu tahun ini, akhirnya leak ! sedianya album ini rilis bulan Maret 2009 (entah kapan beredar di Indonesia), tapi ternyata versi leak-nya sudah bocor ! .........setidaknya versi leak ini dapat mengobati kerinduan akan album Mono yang sudah lama dinanti kehadirannya ....

Mono
Hymn To The Immortal Wind
bitrate: VBR
size: 95 Mb

- genre -
post-rock
symphonic influence

- origin -
Japan

- track list -
01. Ashes in the Snow (11:45)
02. Burial at Sea (10:38)
03. Silent Flight, Sleeping Dawn ( 6:00)
04. Pure as Snow (Trails of the Winter Storm) (11:25)
05. Follow the Map ( 3:55)
06. The Battle to Heaven (12:51)
07. Everlasting Light (10:23)


*. format unduhannya nyomot dari blog-nya om Ray , hehehe,,,,
**. wajib unduh ! hehehhe...

Jan 30, 2009

Upcoming Release : Mono - Hymn to the Immortal Wind

Tahun 2009 ini, seperti apa yang pernah diperbincangkan dengan sdr.owi , adalah tahun dengan rilisan-rilisan yang ditunggu-tunggu dari band-band terbaik. Salahsatu yang terbaik itu adalah , Mono, band instrumen/postrock asal Tokyo, Jepang yang sempat berkunjung ke Jakarta dalam konser Jakarta Rock Parade (Hell no! detik-detik akhir menjelang konser, panitia menurunkan harga tiket , and damn! gw ga nonton aksi Mono di Jakarta!)

Album ke-5 dari Mono sendiri menurut rencana akan dilepas pada bulan Maret 2009 ini, dengan judul album Hymn to the Immortal Wind, pengumuman resminya sudah dipasang di web atau myspace lengkap dengan sample lagu "Ashes In The Snow" yang dapat diunduh gratis demi memuaskan rasa penasaran fans.

Ya, inilah band yang berada di jalur post rock mancanegara yang saya tunggu rilisan album terbarunya sejak rilisan "Gone (2007)", dan semoga, CD nya beredar di Indonesia !

Mono Official Site
Mono @ Myspace
Preview

Jan 29, 2009

saling menjatuhkan ?



Lihatlah .....
baru kemarin baca Kompas , muncul iklan sehalaman besar. Itulah iklan dari PDIP yang mengusung Bu Mega untuk maju kembali jadi capres. Dan hari ini, iklan balasan dari Demokrat muncul dalam ukuran halaman yang sama. Yang satu sibuk menjatuhkan kinerja yang lainnya, begitulah kepemimpinan di Indonesia. Padahal baru saja kita lihat bagaimana McCain mengakui keunggulan Obama dan sama-sama memikirkan bangsa, kontras sekali dengan iklim demokrasi di negeri ini....

Hahahahaa.....

Ghaust - Ghaust (2008)

Tidak berlebihan jika saya menganggap Ghaust merupakan band pertama di Indonesia yang mengusung genre post-metal hingga merilis sebuah album. Ghaust terdiri dari Uri A.Putra (gitar+bass) dan M.Edward (drum). Keduanya bertanggungjawab dalam keterlibatannya membidani sebuah genre baru, scene perpostmetalan di Indonesia. Negeri yang melayu ini. Walaupun akar bermusik mereka adalah rock. Namun yang menjadi sedikit beda (dan sesuatu yang baru di Indonesia) adalah keputusan mereka untuk bermetal tanpa suara vokal, tanpa raungan vokalis. Instrumental tapi tetap gahar,

Di akhir tahun 2008, Ghaust merilis LP mereka yang pertama, sebuah album selftitled. Dengan berisikan 6 lagu yang powerful , yang rasanya mustahil jika membayangkan lagu demi lagu tersebut dilahirkan oleh hanya 2 orang saja.Lagu-lagu yang mengisi LP ini serasa indah, lepas dari imej metal yang urakan dan mengerikan, sebaliknya mereka menyajikan lagu yang kaya harmonisasi sekaligus membentuk atmosfir galau/gloomy. Lagu "Day After (Entering Into Peace)", dijadikan pembuka album ini dengan sajian harmonisasi indah a la post metal, tempo yang melambat di tengah lagu seaka menuntun pendengar untuk masuk ke dalam dunia audio milik Ghaust. Benar saja, setiadanya track pertama, "Sleep and Release" menyambut dengan melodius. Atmosfir galau kembali tampak cerah dengan kehadiran lagu "Torchlight" yang mempunyai intro cukup "jinak", lagu yang mid-temp, diramu sedemikian rupa hingga seperti sebuah relaksasi dari kebisingan lagu-lagu sebelumnya untuk mempersiapkan keberingasan lagu berikutnya. Dengarkan "Akasia", Ghaust meracik melodi dan emosi dalam nada yang menderu-deru, sekaligus melodius sekali, raungan gitarnya serasa EITS yang sedang mabuk dan hantaman drum nya seperti denyut jantung sehabis mengitari stadion sepakbola sebanyak 7 putaran namun ditengah lagu serasa ada jeda untuk bernapas dan kemudian kembali lagi seperti intro awal hingga menuju akhir dengan mati lemas dalam klimaks yang tak terkira! Kemudian, "The Wolf and The Boar" yang merupakan lagu lama yang sebelumnya sudah dirilis dalam bentuk EP, soundnya yang lebih bersih dibanding versi sebelumnya, sound metal instrumental yang mengawang awang hingga penghujung lagu. Sebagai lagu penutup adalah "At Sea (We Are Nothing)", seakan menjadi lagu perpisahan Ghaust kepada pendengarnya dengan memberikan semua kemahiran bermusik mereka, dimulai dari intro yang melayang-layang, lambat laun disahuti oleh drum yang berdetak kencang, down tempo, hingga pada akhirnya kembali menggelinjang kencang, menarik mendengar gitar dan drum saling bersahut-sahutan di akhir track. Pada akhirnya track perpisahan ini seakan menjadi track pembuka untuk kembali ke track pertama album ini. Wonderful !

Track menarik menurut saya adalah "Torchlight" dan "Akasia", keduanya menunjukkan kekontrasan dalam permainan musik Ghaust. Yang satu bermain dengan tempo sedang, satunya lagi bermain seperti kesetanan. Namun keduanya tetap menjaga harmonisasi.

Pada akhirnya saya sangat berbahagia karena telah menjadi saksi hidup bagaimana scene perpostmetalan di tanah air ini dapat diterima luas oleh masyarakat Indonesia, masyarakat melayu ini. Dan semoga perpostmetalan di Indonesia semakin menjamur karena ulah Ghaust.
Artwork album ini mengingatkan saya pada artwork Pelican, serta penggunaan logo band yang nyaris mirip The Hawk is Howling-nya Mogwai, terlepas dari hal itu, materi musik yang disuguhkan sangat menarik untuk dinikmati. * (hk)

Sound like : Isis, Pelican, Red Sparrow,Jesu, EITS , Russian Circles, Mono , Beware of Safety, sleepmakeswaves

Ghaust - Ghaust (2008)
Tracklist :
1. Day After (Entering Into Peace)
2. Sleep and Release
3. Torchlight
4. Akasia
5. The Wolf and The Boar
6. At Sea (We Are Nothing)

myspace
try

All of a Sudden I Miss Everyone (Explosions In The Sky)