Jul 27, 2008

Drunken Molen : Cacatnya Harian Pidi Baiq, Kumpulnya Kisah Tidak Teladan

Saya bangun siang. Tapi itu masih mending, masih pukul Sembilan, karena biasanya saya bangun pukul dua belas siang. Saya memang pemalas. Tapi, untuk apa saya rajin kalau saya merasa diri sendiri sudah pandai ? Samalah itu seperti halnya kamu, tidak perlu hemat lagi karena kamu sudah kaya, sudah mendapatkan pangkalnya. (dalam “Sales Badminton”)

----
Ya, inilah sekuel dari buku sinting sebelumnya, Drunken Monster. Buku masih berisi pengalaman pribadi Haji Pidi Baiq entah nyata atau fiksi saya tidak tahu, yang saya tahu saya merasa terhibur sekali membeli (atau meminjam) buku ini. Itulah sebabnya saya secara moral harus menuliskannya di blog ini mengenai kesan kesan saya setelah baca buku ini ketimbang saya menuliskan kesan kesan saya setelah menonton film terbaru di Bioskop kemarin sore.

Buku terbitan terbaru,buah karya Haji Pidi Baiq (saya tidak mengerti kenapa sekarang ada embel embel “Haji”-nya sebelum nama Pidi Baiq dituliskan, apakah si empunya nama sudah naik haji, atau ingin menunjukkan bahwa si penulis benar benar orang baik karena Pak Haji tentulah orang baik. Buku ber-210 halaman ini habis saya baca kurang dari 12 jam diselingi tidur kemudian bangun lagi untuk melanjutkan baca buku. Saya rasa masih tetap gila dan terpingkal pingkal sendiri ketika membacanya.

Kumpulan cerita cerita hidup H.Pidi Baiq mantan alumni SR ITB , satu almamater dengan saya (entah saya bangga atau tidak saya tidak mau memikirkan itu). Semua cerita begitu mengalir bersamaan dengan kelucuan dan kegilaan yang mengiringi cerita itu. Bagaimana Pak Haji Pidi mengadakan syukuran buat kesuksesan anaknya yang baru saja tamat memainkan game Playstation Naruto, syukuran seperti lazimnya syukuran sunatan atau syukuran pernikahan lengkap dengan membawa rombongan masjid ke rumah untuk makan tumpeng. Lalu ada cerita Pak Pidi yang mentraktir semua ibu ibu di kantin sekolah anaknya untuk makan pisang molen, gratis! Dan sehabis mentraktir dengan polosnya Pak Pidi bilang duit di dompetnya semua sudah menjadi daun! Ibu ibu jadi kaget semua. Hahahaa…. Adalagi dalam potongan cerita “Sales Badminton”, bagaimana Pak Pidi “mengerjai” sales pengharum ruangan yang datang ke rumahnya dengan menghidangi si sales beraneka macam makanan dan buah-buahan lalu diajak serta main badminton di jalan depan rumah dengan piring kaleng sebagai raketnya. Siang hari pula. Saya mencatat, Pak Pidi tidak hanya “mengerjai” sales , Pak Pidi juga mengerjai pengamen keliling yang mampir ke rumahnya saat dia sedang beres-beres halaman dengan berlagak menjadi patung dan membuat si pengamen bingung bukan main, pura-pura bisu saat ada tamu yang menanyakan istrinya, mengajak foto bersama dengan tukang penjual tangga bambu ke studio foto, berjualan surabi dengan terlebih dahulu “mengkudeta” penjual sebenarnya, atau memanggil orang Kuba dengan sebutan Pak Haji dan Bu Hajah, dan mencari belut saat ia sedang berada di Amsterdam.

Sungguh konyol sekali setiap cerita yang dituliskan Pak Pidi ini. Konyol untuk kemudian tertawa dan kemudian lagi berpikir, “edan, ada yah orang kayak gini”, atau”si Pidi ini kerjanya apa sih, ketemu orang dijalan, diajak ngobrol,dikasih duit”. Membaca buku ini,sekali lagi, memaksa kita melepaskan yang namanya itu beban hidup dan menggantinya dengan keceriaan. Buku yang gawat, yang bisa merusak urat syaraf. Nice.

---

Bandung, Minggu 27 Juli 2008, pagi pagi sekali sebelum saya mencuci pakaian,

Baca review saya tentang Drunken Monster disini

1 comment:

hk said...

wah serius tuh teratas ? blog sampah kayak gini ... wuahahahahaa,,,,

All of a Sudden I Miss Everyone (Explosions In The Sky)