ada yang menarik ketika kemarin berbincang bincang dengan salah satu alumni Planologi ITB angkatan '83. Ketika ia mengatakan bahwa ada satu hal yang tidak boleh kita sebagai manusia pusing memikirkannya, yaitu kehendak Tuhan. Seringkali kita begitu tertekan hanya karena untuk mengetahui mau menjadi apa nanti kita kelak, masih menurut sang alumni. Karena sebenarnya apa yang Tuhan kehendaki untuk kita di masa yang akan datang sebenarnya sudah ditentukan dan kita hanya menjalankan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras dalam menghadapi hidup.
terhitung 5 bulan semenjak saya lepas dari insititusi pendidikan, sampai sekarang kebingungan itu terus muncul. Kebingungan terhadap mau dibawa kemana hidup ini. Kebingungan yang semakin mejadi jadi ketika melihat dari awal bahwa ternyata saya merasa salah memasuki jurusan yang saya ambil. Kalau banyak orang bekerja untuk mendapatkan kekayaan sebanyak banyaknya, justru saya berpendapat bekerja untuk memperoleh kebahagiaan yang sebesar-besarnya. Percuma saja, bekerja menghasilkan gaji yang tinggi sekalipun tetapi kita tidak bahagia di dalam pekerjaan itu. Hal ini sedikit demi sedikit mulai rasakan, kalau dari awal saya memang sudah ditakdirkan salah jurusan, tentunya Tuhan menyimpan rencana besar dibalik itu, salah satu pemikiran positif saya.
melihat banyaknya teman-teman seangkatan yang begitu lulus bekerja di tempat yang tidak berada di jalurnya, saya semakin bertanya tanya, ternyata bukan saya saja yang salah jurusan. Kemudian sempat berpikir selama 4 tahun lamanya saya "terjerumus" dalam bidang yang kurang saya minati, setelah luluspun ternyata saya bekerja di bidang yang tidak saya kuasai, semakin berdosalah diri ini. Berdosa setelah 4 tahun mengenali ilmu yang tidak saya minati dengan cara terpaksa dan begitu lulus saya tidak menggunakannya, seperti rumahtangga yang mengalami 2 kali perselingkuhan.
Pertemuan kemarin dengan alumni 20 tahun yang lalu seakan akan kembali mencerahkan pemikiran saya, pemikiran yang terlalu apatis terhadap sebuah kata "salah jurusan". Suatu ketika ia mengatakan bahwa : "Hidup itu menghidupi". Sebuah kalimat filosofis yang sungguh, membuat saya trenyuh akan maksud dari kalimat itu. Hidup itu tidak hanya melulu mengejar keinginan/impian pribadi, tetapi lebih dari itu, hidup itu adalah kemampuan kita untuk dapat memberikan kehidupan kepada orang lain. Materi, perhatian, kasih sayang dan cinta mungkin berada diantaranya. Sekarang keyakinan itu perlahan mulai bangkit.
(keterangan gambar : diedit dari album Duels- Barbarians Move In)
Apr 2, 2008
Hidup itu menghidupi
Labels:
catatan kecil
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment