Tidak berlebihan jika saya menganggap Ghaust merupakan band pertama di Indonesia yang mengusung genre post-metal hingga merilis sebuah album. Ghaust terdiri dari Uri A.Putra (gitar+bass) dan M.Edward (drum). Keduanya bertanggungjawab dalam keterlibatannya membidani sebuah genre baru, scene perpostmetalan di Indonesia. Negeri yang melayu ini. Walaupun akar bermusik mereka adalah rock. Namun yang menjadi sedikit beda (dan sesuatu yang baru di Indonesia) adalah keputusan mereka untuk bermetal tanpa suara vokal, tanpa raungan vokalis. Instrumental tapi tetap gahar,
Di akhir tahun 2008, Ghaust merilis LP mereka yang pertama, sebuah album selftitled. Dengan berisikan 6 lagu yang powerful , yang rasanya mustahil jika membayangkan lagu demi lagu tersebut dilahirkan oleh hanya 2 orang saja.Lagu-lagu yang mengisi LP ini serasa indah, lepas dari imej metal yang urakan dan mengerikan, sebaliknya mereka menyajikan lagu yang kaya harmonisasi sekaligus membentuk atmosfir galau/gloomy. Lagu "Day After (Entering Into Peace)", dijadikan pembuka album ini dengan sajian harmonisasi indah a la post metal, tempo yang melambat di tengah lagu seaka menuntun pendengar untuk masuk ke dalam dunia audio milik Ghaust. Benar saja, setiadanya track pertama, "Sleep and Release" menyambut dengan melodius. Atmosfir galau kembali tampak cerah dengan kehadiran lagu "Torchlight" yang mempunyai intro cukup "jinak", lagu yang mid-temp, diramu sedemikian rupa hingga seperti sebuah relaksasi dari kebisingan lagu-lagu sebelumnya untuk mempersiapkan keberingasan lagu berikutnya. Dengarkan "Akasia", Ghaust meracik melodi dan emosi dalam nada yang menderu-deru, sekaligus melodius sekali, raungan gitarnya serasa EITS yang sedang mabuk dan hantaman drum nya seperti denyut jantung sehabis mengitari stadion sepakbola sebanyak 7 putaran namun ditengah lagu serasa ada jeda untuk bernapas dan kemudian kembali lagi seperti intro awal hingga menuju akhir dengan mati lemas dalam klimaks yang tak terkira! Kemudian, "The Wolf and The Boar" yang merupakan lagu lama yang sebelumnya sudah dirilis dalam bentuk EP, soundnya yang lebih bersih dibanding versi sebelumnya, sound metal instrumental yang mengawang awang hingga penghujung lagu. Sebagai lagu penutup adalah "At Sea (We Are Nothing)", seakan menjadi lagu perpisahan Ghaust kepada pendengarnya dengan memberikan semua kemahiran bermusik mereka, dimulai dari intro yang melayang-layang, lambat laun disahuti oleh drum yang berdetak kencang, down tempo, hingga pada akhirnya kembali menggelinjang kencang, menarik mendengar gitar dan drum saling bersahut-sahutan di akhir track. Pada akhirnya track perpisahan ini seakan menjadi track pembuka untuk kembali ke track pertama album ini. Wonderful !
Track menarik menurut saya adalah "Torchlight" dan "Akasia", keduanya menunjukkan kekontrasan dalam permainan musik Ghaust. Yang satu bermain dengan tempo sedang, satunya lagi bermain seperti kesetanan. Namun keduanya tetap menjaga harmonisasi.
Pada akhirnya saya sangat berbahagia karena telah menjadi saksi hidup bagaimana scene perpostmetalan di tanah air ini dapat diterima luas oleh masyarakat Indonesia, masyarakat melayu ini. Dan semoga perpostmetalan di Indonesia semakin menjamur karena ulah Ghaust.
Artwork album ini mengingatkan saya pada artwork Pelican, serta penggunaan logo band yang nyaris mirip The Hawk is Howling-nya Mogwai, terlepas dari hal itu, materi musik yang disuguhkan sangat menarik untuk dinikmati. * (hk)
Sound like : Isis, Pelican, Red Sparrow,Jesu, EITS , Russian Circles, Mono , Beware of Safety, sleepmakeswaves
Ghaust - Ghaust (2008)
Tracklist :
1. Day After (Entering Into Peace)
2. Sleep and Release
3. Torchlight
4. Akasia
5. The Wolf and The Boar
6. At Sea (We Are Nothing)
myspace
try
Jan 29, 2009
Ghaust - Ghaust (2008)
Labels:
music review
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment